Wikipedia

Hasil penelusuran

Rabu, 23 Desember 2015

family togetherness ...


 Other things may change us, but we start and end with the family. Yes!!!
 


Kebersamaan dengan Keluarga dan juga Kamu yang tak pernah ku duga memberiku sececap bahagia. Alhamdulillah :)

Entah sejak kapan ...

Entah sejak kapan, tapi aku tahu ini adalah yang pertama setelah sekian lama. Akhirnya aku menangis dihadapan seseorang yang menatapku dan mendengarkanku. Entah bagaimana rasanya, yang jelas aku merasa seluruh tubuhku pegal dan seakan ada yang menarik sesuatu dari dalam tubuhku.
Seharusnya aku merasa ini setidaknya dapat meringankan sesak yang masih menggelayuti, tapi nyatanya tetap sama. Mungkin hanya sebagian kecil yang hilang.
Pernah kamu merasa seakan kamu menelan sesuatu yang tidak kasat mata. Kalau pernah, seperi itulah perasaanku saat ini. Saat dimana kamu merasa suaramu bahkan lebih berbahaya daripada bisa ular, sekaligus lebih berharga daripada intan permata. Itulah saat dimana kamu harus mengemukakan pendapatmu, namun demi menjaga perasaan orang lain, kamu harus menelan kembali ucapanmu.
Pernah kamu merasa seolah napasmu akan habis detik itu juga, namun terasa begitu lapang dadamu karena kesejukan yang terasa? Kalau pernah, seperti itulah perasaan yang ingin aku rasakan saat ini juga. Kondisi yang aku alami mungkin kamu akan memandangnya dengan cibiran dan ejekan ‘seperti sinetron saja.’, tapi haruskah aku membenturkan otakmu terlebih dahulu agar membuatmu percaya? Karena nyatanya seperti itulah keadaan yang aku alami saat ini. Keadaan dimana kamu ingin lebih cengeng daripada anak balita yanng direbut mainanya, bahkan lebih manja daripada kakek tua yang sangat butuh perhatian.
Aku hanya ingin menangis meraung-raung, mengikuti ketidakstabilan jantungku saat berdenyut. Aku hanya ingin meronta hingga tubuhku lelah tiada daya, seolah mati rasa. Tapi disaat bersamaan kenyataan menghampiri, bahwa itu tidak membuat segalanya menjadi lebih baik.
Sedih memang, karena keinginan kuat untuk mengutarakan apa yang kamu rasakan terhalang rasa cintamu pada seseorang. Sebenarnya aku tidak mau pasrah dengan melulu diam seribu bahasa, tapi bahasa seperti apa yang mampu menyalurkan kepedihan di dada ini secara lembut dan tidak menyiksa rasa yang lain.
Beribu emosi boleh dikatakan menjejali ruang sempit di hati dan pikiranku, bahkan di kedua tempat itu meneriakkan ‘jangan masuk, aku ingin muntah’. Kalau bisa aku juga ingin meneriakkan kalau aku juga ingin muntah karena segala kecamuk rasa yang terus dia tabung, hingga aku tidak mampu lagi merasakan mana kejujuran dan mana kemunafikkan. Aku ingin muntah dan memukuli dada serta perut hingga tidak berbentuk. Aku sudah muak sebenarnya, sangat muak.
Berapa kali aku harus bilang, emosi ini begitu tidak lazim untuk selalu dielu-elukan bagi orang yang egois sepertiku. Ya, aku menuntut keadilan bagi hatiku yang pora poranda ini. Aku menginginkan keseimbangan rasa bagi pikiran yang carut marut ini. Ya, aku tahu. Aku begitu tidak tahu malu. Mengharapkan sesuatu yang bukan menjadi kapasitasku untuk memilikinya.
Marah? Apa masih pantas aku marah? Bodoh sekali, bukan?! Bertanya tapi selalu dijawab dengan nada mencela diakhir. Sebenarnya mauku itu apa, ya.. mauku itu apa.
Aku mengharapkan ada tangan terulur dan mengusap luka yang selama ini menganga  menjadi tertutup, dan akhirnya sembuh seperti sedia kala. Aku butuh uluran tangan yang akan menawarkan penjagaan bagi hatiku yang sudah tidak jelas bentuknya. Aku menginginkan usapan tangan yang memberikan kehangatan bagi pikiranku yang telah lama membeku karena keram rasa ini.
Tapi sulit mendapatkannya kini. Saat yang kulihat dihadapanku;orang yang mendengarkanku menangis, pun tak ubahnya diriku yang tengah tersedu sedan. Bagaimana aku mampu begitu muluk mengharapkan penjagaan dan perlindungan dari seseornag yang justru lebih membutuhkan perlindungan dibanding diriku sendiri.


Selasa, 15 Desember 2015

TAHUN BARU? ...

By the way, taun baru udah mau dateng nih..  Kalian udah nyiapin apa aja? Kembang api? Kendaraan pribadi? Minyak wangi? Atau nggak nyiapin apa-apa karena nggak punya pasangan sehati? Oke.. Mari kita renungkan dulu makna tahun baru.
Setiap pergantian tahun, selalu ramai suara ledakan kembang api, pawai kendaraan bermotor, maupun pesta terompet. Kira-kira kenapa orang-orang melakukan hal itu?
Dari pengamatan, ada 2 tipe orang yang merayakan tahun baru :
 A. Orang yang merasa layak merayakan pergantian tahun karena dia merasa cukup sukses menjalani tahun sebelumnya.
B. Orang yang merasa mendapatkan harapan baru di tahun yang baru, setelah banyak kegagalan yang dia terima di tahun sebelumnya.

Nah, lo masuk yang mana?

Saran gue, kalo bisa kita semua termasuk dalam golongan orang "A" di atas. Di mana setiap kita merayakan tahun baru, artinya kita merayakan sebuah kesuksesan. Bukan cuma mencari pengharapan tanpa menyesali kegagalan yang sudah kita ciptakan.

Kalo gue, lebih suka menyikapi tahun baru sebagai batas dari target hidup tahunan yang gue ciptakan setiap tahun. Sudah berapa banyak yang gue wujudin, dan berapa banyak yang masih susah buat didapetin. Dengan kata lain, event tahun baru adalah waktu yang pas buat mengintrospeksi diri, agar nggak lupa diri. Zaman gue remaja, tahun baru hanya berarti sebagai waktu yang tepat untuk hura-hura, merayakan sesuatu yang belum gue tahu gunanya apa.

Nah, untuk orang-orang di golongan "B", buat gue mereka adalah laskar pemimpi. Setiap tahun mereka bikin target baru, tapi semangat berjuangnya cuma bertahan seminggu. Misal, targetnya tahun depan harus langsing. Minggu pertama rajin fitness dan diet, minggu kedua udah males fitness dan masih nyoba diet, di minggu ketiga mereka udah berenti fitness dan diet, lalu mikir "Aku mau tampil apa adanya ah~". Iya, resolusi tahunannya bertahan kurang dari sebulan. Dan sayangnya, hal itu terulang setiap tahun.


Kadang tanpa sadar, kita ini jadi manusia yang terlalu sering berharap, tapi jarang berusaha. Akhirnya yang kita petik cuma kecewa. Lalu menyalahkan nasib karena tak pernah memberi apa yang kita minta. Padahal, gue percaya bahwa nggak ada mimpi yang terlalu muluk, ynag ada cuman usaha yang kurang keras. Kita kadang harus motivasi, tapi terlalu malas untuk beraksi. Itulah kenapa, om Mario Teguh masih laris di negeri ini. Mimpi tanpa aksi, namanya angan-angan. Nggak bakal jadi kenyataan.

Kamis, 10 Desember 2015


Lost Stars - Adam Levine | Terjemahan Lirik Lagu Barat

Please don't see just a boy caught up in dreams and fantasies

Janganlah kau hanya melihat seorang anak terperangkap dalam mimpi dan fantasi
Please see me reaching out for someone I can't see

Kumohon lihatlah aku yang menggapai seseorang yang tak bisa kulihat
Take my hand let's see where we wake up tomorrow
Raihlah tanganku, mari kita lihat dimana kita terbangun esok hari
Best laid plans sometimes are just a one night stand

Rencana terbaik kadang justru cinta satu malam
I'd be damned Cupid's demanding back his arrow
Aku kan dikutuk, Peri cinta kan meminta kembali panah asmaranya
So let's get drunk on our tears and
Maka ayo kita mabuk-mabukan di atas air mata kita dan

II
God, tell us the reason youth is wasted on the young

Tuhan, beritahu kami alasan masa muda disiakan pada anak muda
It's hunting season and the lambs are on the run
Ini musim berburu dan para domba berlarian
Searching for meaning

Mencari-cari makna
But are we all lost stars, trying to light up the dark?
Tapi apakah kita semua bintang yang hilang, yang berusaha menerangi gelap malam?

Who are we? Just a speck of dust within the galaxy?

Siapakah kita? Hanya sebutir debu di galaksi?
Woe is me, if we're not careful turns into reality
Siallah aku, jika kita tak hati-hati, berubah jadi kenyataan
Don't you dare let our best memories bring you sorrow

Jangan kau berani-berani biarkan kenangan terbaik kita membawa duka padamu
Yesterday I saw a lion kiss a deer
Kemari kulihat seekor singa mencium rusa
Turn the page maybe we'll find a brand new ending

Baliklah halamannya mungkin kita kan temukan akhir yang benar-benar baru
Where we're dancing in our tears and
Dimana kita kan berdansa di dalam air mata kita dan


Back to II

I thought I saw you out there crying

Kurasa aku melihatmu di luar sana, menangis
I thought I heard you call my name
Kurasa aku mendengarmu memanggil namaku
I thought I heard you out there crying

Kurasa aku mendengarmu di luar sana, menangis
Just the same
Sama saja

God, give us the reason youth is wasted on the young

Tuhan, beri kami alasan mengapa masa muda disiakan pada anak muda
It's hunting season and the lambs are on the run
Ini musim berburu dan para domba berlarian
Searching for meaning

Mencari-cari makna
But are we all lost stars, trying to light up the dark?

Tapi apakah kita semua bintang yang hilang, yang berusaha menerangi gelap malam?

I thought I saw you out there crying

Kurasa aku melihatmu di luar sana, menangis
I thought I heard you call my name

Kurasa aku mendengarmu memanggil namaku
I thought I heard you out there crying
Kurasa aku mendengarmu di luar sana, menangis

But are we all lost stars, trying to light up the dark?

Tapi apakah kita semua bintang yang hilang, yang berusaha menerangi gelap malam?
But are we all lost stars, trying to light up the dark?

Tapi apakah kita semua bintang yang hilang, yang berusaha menerangi gelap malam?



Alasan Memilih Sendiri J


Belum ada yang cocok
Banyak orang memakai alasan ini saat memilih untuk sendiri. Memang ini alasan yang masuk akal, karena memaksakan diri untuk menciptakan hubungan dengan orang yang tidak tepat, cuma akan membuang waktu. Ya, kita tahu bahwa hubungan itu akan gagal, tapi tetap dipaksakan untuk berjalan. Akhirnya, seberapa lamapun kita bertahan, endingnya waktunya akan terbuang karena ketemu juga dengan kegagalan.


Namun alasan belum ada yang cocok ini kadang menjebak orang yang memilih untuk sendiri. Karena sudah terlalu lama sendiri, akhirnya dia susah untuk percaya dengan orang lain lagi. Sehingga saat PDKT, tanpa sadar dia tak nyaman untuk membuka hati maupun berbagi isi hati. Akhirnya, gebetan pun bakal mikir dia nggak asik, dia pun nggak bakal mikir gebetannya nggak asik. Gagal deh. Akhirnya dia nggak pernah ketemu dengan orang yang cocok.


Trauma
Pernah ngejalanin hubungan yang sangat menyenangkan dengan seseorang. Hingga dia pun mempercayakan masa depannya kepada orang itu. Di saat dia sayang-sayangnya, ternyata orang yang dia percaya itu pergi gitu aja ninggalin dia. Dia pun kapok untuk percaya dan sayang sama orang lagi, sehingga dia memilih untuk hidup sendiri.


Biasanya sih cewek yang lebih mudah trauma. Soalnya cewek akan malas untuk PeDe lagi sama orang baru, nunjukin hal-hal yang dia sembunyiin kepada orang baru, atau kenalan lagi sama keluarga baru. Siklus itu adalah siklus yang cukup berat buat cewek, soalnya pada dasarnya mereka adalah makhluk yang pemalu, tidak seterbuka cowok. Mereka cuma mau melakukan hal-hal itu kepada orang yang bener-bener mereka percaya. Tapi ya gitu deh.. Membangun kepercayaan itu tak sesusah mempertahankan kepercayaan. Namun yang lebih berat lagi adalah mengembalikan kepercayaan.


Tapi, menurut gue, hidup memang seperti itu. Kita harus tahu rasanya kecewa, agar kita tahu bagaimana cara menjaga saat dipercaya. Kita tidak boleh terjebak dalam trauma. Mungkin ini klise, tapi kalo kita terjebak di masa lalu, bagaimana mungkin siap menerima masa depan yang lebih indah? Kalo kita selalu terduduk jongkok setelah dikecewakan dunia, bagaimana kita bisa mencapai jalan menuju surga?


Terjebak Me-time
Ini alasan yang sebenernya gue banget. Gue adalah tipikal orang yang kadang lebih nyaman di saat sendiri. Gue kadang nggak suka berada di keramaian. Kadang gue menemukan kedamaian dalam sepi. Bahkan, gue bisa merayakan kemerdekaan gue dalam sepi dengan cara pake kolor doang seharian di kamar gue yang gue tutup.


Terlalu lama melakukan rutinitas itu bikin gue males ketemu orang baru, males melakukan hal-hal baru, dan ntah kenapa gue nggak bosen sepanjang weekend diisi dengan estafet nonton film dan nulis postingan baru. Gue takut kalopun ada yang nyoba deket, dengan kebiasaan gue yang macam ini, dia nggak bakal ngerasa nyaman karena mungkin itu adalah kegiatan yang membosankan.


Ntah kenapa, makin tua usia gue, gue ngerasa semakin mengenal dunia dan manusia. Susah mencari orang yang benar-benar bisa dipercaya, susah membedakan orang yang benar-benar peduli, dan susah menemukan orang yang benar-benar tulus. Teman yang dulu akrab banget, dengan alasan finansial, bisa pergi. Teman yang dulu sehati, karena urusan karier bisa mencaci. Teman yang dulu sering tidur bareng, karena urusan asmara bisa tiba-tiba menciptakan prahara. Semua "siklus-penemuan-dan-kehilangan" itu membuat gue semakin ngerasa hambar dalam hubungan.

YA! Gue takut kehilangan lagi. Itulah kenapa, gue malas untuk memiliki.


Mungkin itu terdengar menyedihkan, tapi ntah kenapa, gue nggak ngerasa sedih maupun kesepian. Kesendirian dan kesepian itu berbeda. Kesepian itu tidak selalu terjadi di saat sendiri. Kesepian itu adalah di saat ada banyak orang di sekitar, namun tidak ada yang bisa mengerti. So, I've tried to understand myself.


Oke, itu curhatan gue hari ini. Lo yang lagi milih untuk sendiri, alasan lo apa? Dan lo yang udah sukses meninggalkan kesendirian, saran lo apa? Share yaaa. Ciao!